KE MANA KU PERGI !

KE   MANA KU PERGI !

Minggu, 10 Januari 2010

Kala HEMBUSAN Nafas Terakhir

Dari Seorang Sahabat,

Bahan renungan untuk anda sahabatku, yang mungkin terlalu sibuk bekerja... Luangkanlah waktu sejenak untuk membaca dan merenungkan pesan ini.

Aktifitas keseharian kita selalu mencuri konsentrasi kita. Kita seolah lupa dengan sesuatu yang kita tak pernah tahu kapan kedatangannya. Sesuatu yang bagi sebagian orang sangat menakutkan. Tahukah kita kapan kematian akan menjemput kita? Berikanlah waktu anda dan bacalah sam pai habis, semoga dapat menjadikan hikmah buat kita semua dan sadar, bahwa kita akan mati dan tinggal menunggu waktunya. Semoga kita termasuk dalam orang-orang yang khusnul khotimah.... Amin....

Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar doa ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang.

Aku sungguh heran, bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri : "Alangkah sabarnya mereka.... setiap hari begitu... benar- benar mengherankan!"

Aku belum tahu bahwa disitulah kebahagiaan orang mukmin dan itulah shalat orang orang pilihan. Mereka bangkit dari tempat tidurnya untuk munajat kepada Allah.

Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang terasing.
Disana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur'an. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati.

Pekerjaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi. Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak. Aku bingung dan sering melamun sendirian... banyak waktu luang... pengetahuanku terbatas.

Aku bosan dengan rutinitas.. Sampai suatu hari terjadilah sebuah peristiwa yang hingga kini tak pernah aku lupakan. Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas di sebuah pos jalan.. Kami asyik ngobrol ... tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang amat keras.. Kami mengedarkan pandangan. Ternyata, sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah yang berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban. Kejadian yang sungguh tragis.

Kami lihat dua awak salah satu mobil dalam kondisi kritis. Keduanya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah. Kami cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan.

Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat. Ucapkanlah "Laailaaha Illallaah.. Laailaaha Illallaah..." perintah temanku. Tetapi sungguh mengerikan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan itu membuatku merinding. Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat ..

Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat. Aku diam membisu. Aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini.

Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat. Tetapi... keduanya tetap terus saja melantunkan lagu. Tak ada gunanya... Suara lagunya terdengar semakin melemah... lemah dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua.

Tak ada gerak... keduanya telah meninggal dunia. Kami segera membawa mereka ke dalam mobil. Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatah kata-pun. Selama perjalanan hanya ada kebisuan. Hening...

Kesunyian pecah ketika temanku mulai bicara..Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su'ul khatimah (kesudahan yang buruk). Ia berkata "Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk. Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya selama di dunia". Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang diriwayatkan dalam buku-buku Islam. Ia juga berbicara bagaimana seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir batin.

Perjalanan ke rumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa kami sedang membawa mayat. Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat khusyu' sekali.

Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu. Aku kembali pada kebiasaanku semula... Aku seperti tak pernah menyaksikan apa yang menimpa dua orang yang tak kukenal beberapa waktu yang lalu. Tetapi sejak saat itu, aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu-lagu. Aku tak mau tenggelam menikmatinya seperti sedia kala. Mungkin itu ada kaitannya dengan lagu yang pernah kudengar dari dua orang yang sedang sekarat dahulu. Kejadian yang menakjubkan!.

Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu... sebuah kejadian menakjubkan kembali terjadi di depan mataku. Seseorang mengendarai mobilnya dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan menuju kota . Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri di belakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang. Lelaki itupun langsung tersungkur seketika.

Aku dengan seorang kawan, bukan yang menemaniku pada peristiwa pertama cepat-cepat menuju tempat kejadian. Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit agar langsung mendapat penanganan. Dia masih sangat muda, wajahnya begitu bersih. Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik, sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar dari mulutnya.

Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an ... dengan suara amat lemah. Subhanallah ! Dalam kondisi kritis seperti itu ia masih sempat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an ? Darah mengguyur seluruh pakaiannya, tulang-tulangnya patah, bahkan ia hampir mati. Dalam kondisi seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan suaranya yang merdu.

Selama hidup, aku tak pernah mendengar bacaan Al-Qur'an seindah itu. Dalam batin aku bergumam sendirian "Aku akan menuntunnya membaca syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu ... apalagi aku sudah punya pengalaman." Aku meyakinkan diriku sendiri. Aku dan kawanku seperti terhipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qur'an yang merdu itu. Sekonyong-konyong sekujur tubuhku merinding, menjalar dan menyelusup ke setiap rongga. Tiba-tiba, suara itu terhenti. Aku menoleh ke belakang. Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya terkulai, aku melompat ke belakang.

Kupegang tangannya, degup jantungnya, nafasnya, tidak ada yang terasa. Dia telah meninggal. Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes, kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku. Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah meninggal. Kawanku tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus menangis air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul-betul sangat mengharukan. Sampai di rumah sakit, kepada orang-orang di sana, kami mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya yang menakjubkan.

Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang meneteskan air mata. Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri jenazah dan mencium keningnya. Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan dishalatkan.. Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada jenazah. Semua ingin ikut menyolatinya.

Salah seorang petugas rumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut mengantar jenazah hingga ke rumah keluarganya. Salah seorang saudaranya mengisahkan, ketika kecelakaan, sebetulnya almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia lakukan setiap hari senin. Disana almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim dan orang-orang miskin. Ketika terjadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula, buah-buahan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang dia santuni. Bahkan juga membawa permen untuk dibagikan kepada anak-anak kecil.

Bila tiba saatnya kelak, kita menghadap Allah Yang Perkasa, hanya ada satu harap, semoga kita menjadi penghuni surga. Biarlah dunia jadi kenangan, juga langkah-langkah kaki yang terseok, di sela dosa dan pertaubatan. Hari ini, semoga masih ada usia, untuk mengejar surga itu, dengan amal-amal yang nyata "memperbaiki diri dan mengajak orang lain"..

Allah SWT berfirman: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Al-Imran:185).

Rasulullah SAW telah mengingatkan dalam sabdanya, "Barang siapa yang lambat amalnya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya."

Saudaraku, siapa yang tahu kapan, dimana, bagaimana, sedang apa, kita menemui tamu yang pasti menjumpai kita, yang mengajak menghadap Allah SWT. Orang yang cerdik dan pandai adalah yang senantiasa mengingat kematian dalam waktu-waktu yang ia lalui kemudian melakukan persiapan persiapan untuk menghadapinya.

Note : amalkan ilmu, sam paikan walau satu ayat, salah satu amalan yang terus mengalir walau seseorang sudah mati adalah ilmu yang bermanfaat. Begitulah hendaknya engkau nasehati dirimu setiap hari karena engkau tidak menyangka mati itu dekat kepadamu bahkan engkau mengira engkau mungkin hidup lima puluh tahun lagi, kemudian engkau menyuruh dirimu berbuat taat, sudah pasti dirimu tidak akan patuh kepadamu dan pasti ia akan menolak dan merasa berat untuk mengerjakan ketaatan. Nasehat ini terutama untuk diri saya sendiri, dan saudara-saudaraku seiman pada umumnya.

Orang cerdas adalah orang yang mengingat akan kematian. Bila kita akan 'berangkat" dari alam ini, ia ibarat penerbangan ke sebuah negara. Dimana informasi tentangnya tidak terdapat dalam brosur penerbangan, tetapi melalui Al-Qur'an dan Al-Hadist. Di mana penerbangan bukannya dengan Garuda Airlines, Singapore Airlines, atau US Airlines, tetapi Al-Jenazah Airlines.

Dimana bekal kita bukan lagi tas seberat 23Kg, tetapi amalan yang tak lebih dan tak kurang.

Dimana bajunya bukan lagi Pierre Cardin, atau setaraf dengannya, akan tetapi kain kafan putih.

Dimana pewanginya bukan Channel atau Polo, tetapi air biasa yang suci. Di mana passport kita bukan Indonesia , British atau American, tetapi Al-Islam.

Dimana visa kita bukan lagi sekedar 6 bulan, tetapi 'Laailaahaillallah'

Dimana pelayannya bukan pramugari jelita, tetapi Izrail dan lain-lain.

Dimana servisnya bukan lagi kelas business atau ekonomi, tetapi sekedar kain yang diwangikan.

Dimana tujuan mendarat bukannya Bandara Cengkareng, Heathrow Airport atau Jeddah International, tetapi tanah pekuburan.

Dimana ruang menunggunya bukan lagi ruangan ber AC dan permadani, tetapi ruang 2x1 meter, gelap gulita.

Dimana pegawai imigrasi adalah Munkar dan Nakir, mereka hanya memeriksa apakah kita layak ke tujuan yang diidamkan. Di mana tidak perlu satpam dan alat detector.

Dimana lapangan terbang transitnya adalah Al Barzakh.

Dimana tujuan terakhir apakah Syurga yang mengalir sungai di bawahnya atau Neraka Jahannam. Penerbangan ini tidak akan dibajak atau dibom, karena itu tak perlu bimbang. Sajian tidak akan disediakan, oleh karena itu tidak perlu merisaukan masalah alergi atau halal haram makanan. Jangan risaukan cancel pembatalan, penerbangan ini senantiasa tepat waktunya, ia berangkat dan tiba tepat pada masanya.

Jangan pikirkan tentang hiburan dalam penerbangan, karena anda telah hilang selera bersuka ria. Jangan bimbang tentang pembelian tiket, karena tiket telah siap di booking sejak ruh anda ditiupkan di dalam rahim ibu.

YA! BERITA BAIK!! Jangan bimbangkan siapa yang duduk di sebelah anda. Anda adalah satu-satunya penumpang penerbangan ini. Oleh karena itu bergembiralah selagi bisa! Dan sekiranya anda bisa! Hanya ingat! Penerbangan ini datang tanpa 'Pemberitahuan'. Cuma perlu ingat!! Nama anda telah tertulis dalam tiket untuk penerbangan. Saat penerbangan anda berangkat... tanpa doa Bismillahi Tawakkaltu 'Alallah, atau ungkapan selamat jalan.

Tetapi Inalillahi Wa Inna ilaihi Rajiuun....

Anda berangkat pulang ke Rahmatullah. Mati…

ADAKAH KITA TELAH SIAP UNTUK BERANGKAT? 'Orang yang cerdas adalah orang yang mengingat kematian. Karena dengan kecerdasannya dia akan mempersiapkan segala perbekalan untuk menghadapinya. '

ASTAGHFIRULLAH, semoga ALLAH SWT mengampuni kita beserta keluarga... Amiin

WALLAHU A'LAM

Catatan:

Penerbangan ini berlaku untuk segala umur... tanpa kecuali, maka perbekalan lebih baik dipersiapkan sejak dini..... sangat tidak bijak dan tidak cerdas bagi yang menunda-nunda mempersiapkan perbekalannya.

Maka ketika Roh Meninggalkan Jasad...

Terdengarla h Suara Dari Langit Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan.. Apakah Kau Yang Telah Meninggalkan Dunia, Atau Dunia Yang Meninggalkanmu? Apakah Kau Yang Telah Menumpuk Harta Kekayaan, Atau Kekayaan Yang Telah Menumpukmu? Apakah Kau Yang Telah Menumpuk Dunia, Atau Dunia Yang Telah Menumpukmu? Apakah Kau Yang Telah Mengubur Dunia, Atau Dunia Yang Telah Menguburmu?"

Ketika Mayat Tergeletak Akan Dimandikan…

Terdengar Dari Langit. Suara Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan... Mana Badanmu Yang Dahulunya Kuat, Mengapa Kini Terkulai Lemah. Mana Lisanmu Yang Dahulunya Fasih, Mengapa Kini Bungkam Tak Bersuara? Mana Telingamu Yang Dahulunya Mendengar, Mengapa Kini Tuli Dari Seribu Bahasa? Mana Sahabat-Sahabatmu Yang Dahulunya Setia, Mengapa Kini Raib Tak Bersuara?"

Ketika Mayat Siap Dikafan...

Suara Dari Langit Terdengar Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan? Berbahagialah Apabila Kau Bersahabat Dengan Ridha. Celakalah Apabila Kau Bersahabat Dengan Murka Allah Wahai Fulan Anak Si Fulan.... Kini Kau Tengah Berada Dalam Sebuah Perjalanan Nun Jauh Tanpa Bekal. Kau Telah Keluar Dari Rumahmu Dan Tidak Akan Kembali Selamanya. Kini Kau Tengah Safar Pada Sebuah Tujuan Yang Penuh Pertanyaan."

Ketika Mayat Diusung...

Terdengar Dari Langit Suara Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan.. Berbahagialah Apabila Amalmu Adalah Kebajikan, Berbahagialah Apabila Matimu Diawali Tobat, Berbahagialah Apabila Hidupmu Penuh Dengan Taat."

Ketika Mayat Siap Dishalatkan...

Terdengar Dari Langit Suara Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan.. Setiap Pekerjaan Yang Kau Lakukan Kelak Kau Lihat Hasilnya Di Akhirat. Apabila Baik Maka Kau Akan Melihatnya Baik. Apabila Buruk, Kau Akan Melihatnya Buruk."

Ketika Mayat Dibaringkan Di Liang Lahat....

Terdengar Suara Memekik Dari Langit,"Wahai Fulan Anak Si Fulan... Apa Yang Telah Kau Siapkan Dari Rumahmu Yang Luas Di Dunia Untuk? Kehidupan Yang Penuh Gelap Gulita Di Sini Wahai Fulan Anak Si Fulan... Dahulu Kau Tertawa, Kini Dalam Perutku Kau Menangis. Dahulu Kau Bergembira,Kini Dalam Perutku Kau Berduka. Dahulu Kau Bertutur Kata, Kini Dalam Perutku Kau Bungkam Seribu Bahasa."

Ketika Semua Manusia Meninggalkannya Sendirian...

Allah Berkata Kepadanya, "Wahai Hamba-ku, Kini Kau Tinggal Seorang Diri, Tiada Teman Dan Tiada Kerabat, Di Sebuah Tempat Kecil, Sempit Dan Gelap. Mereka Pergi Meninggalkanmu... Seorang Diri. Padahal, Karena Mereka Kau Pernah Langgar Perintahku Hari ini. Akan Kutunjukan Kepadamu, Kasih Sayang-Ku. Yang Akan Takjub Seisi Alam, Aku Akan Menyayangimu. Lebih Dari Kasih Sayang Seorang Ibu Pada Anaknya".

Kepada Jiwa-Jiwa Yang Tenang Allah Berfirman, "Wahai Jiwa Yang Tenang. Kembalilah Kepada Tuhanmu. Dengan Hati Yang Puas Lagi Diridhai-Nya. Maka Masuklah Ke Dalam Jamaah Hamba-Hamba- Ku. Dan Masuklah Ke Dalam Jannah-Ku"

Anda Ingin Beramal Shaleh...?

Tolong Kirimkan Kepada Rekan-Rekan Muslim Lainnya Yang Anda Kenal...!!!Semoga Kematian akan menjadi pelajaran yang berharga bagi kita dalam menjalani hidup ini.

Rasulullah SAW. menganjurkan kita untuk senantiasa mengingat mati (maut) dan dalam sebuah hadithnya yang lain, belau bersabda "wakafa bi almauti wa'idha", artinya, cukuplah mati itu akan menjadi pelajaran bagimu!

Semoga bermanfaat bagi kita semua, Amiin.....

Dapatkan Blacberry dari Dini Santi

gabung facebook zabidin13@yahoo.com

" ANISSA "

Suara isyarat telepon gengamku berbunyi. Ada SMS masuk. Aku melepas buku yg kubaca. Sempat ku lirik jam dinding. Hampir tengah malam. Kuraih telepon gengam dan membuka kotak pesan masuk. Nama sahabatku muncul dg pesan yg membuatku miris. Aku membalas SMS dg keterkejutan atas berita itu. Aku janjikan pertemuan besok pagi. Aku meletakan benda munggil tsb lalu kembali menuju ruang duduk. Mencoba melanjutkan membaca, tapi konsentrasiku buyar. Terbayang tiga anak Anissa temanku yg masih kecil. Bgm masa depan mereka? Sementara dia tdk bekerja krn selama ini hanya mengandalkan suaminya. Roni. Dan saat ini, suaminya itu mengakui sudah menghamili wanita lain. Oh...aku ikut merasa perih. Aku melangkah menuju kamar mandi, mengambil air wudhu. Sholat & meminta petunjuk Allah. ** Saat aku tiba di sebuah cafe, disudut ruangan dg 2 kursi tersedia, ku temukan wajah sembab sahabatku. Tubuhnya tampak lebih tipis. Tulang pipinya nampak menonjol. "Hai! Udah lama nunggu?" ku cium pipinya. "ngga" jawabnya serak. Aku duduk, menghadapi wajah buramnya & siap menjadi pendengar yg baik. Ceritanya berakhir dg isakan yg membuatku tdk saja trenyuh juga ikut meneteskan air mata. Ku biarkan dia menumpahkan segala perihnya, kupikir, hanya itulah yg dpt ku lakukan utk mengurangi bebannya. "Jadi keputusan mu bulat utk bercerai?" Anissa mengangguk. "Kamu siap dg segala resikonya? Kasian anak2" aku meraih jemarinya.meremas dg rasa prihatin. Anissa lagi2 mengangguk. Ku tau, dari ceritanya tadi, bhw pernikahan mereka sdh tdk dpt dipertahankan lagi. Roni sdh terlalu menyakiti bhkan menghina harga dirinya. Roni sdh sekian lama menjalin cinta dg perempuan yg ternyata mitra kerjanya. Jadi sekian lama suaminya mendustai dirinya. Wanita itu juga segalä2nya lebih dari Anissa. Percuma aku membantah keinginan Anissa utk berpisah. Aku hanya mendampinginya, berusaha agar anak2 jgn terlalu jadi korban. *** Tiga bulan berlalu, aku disibukkan dg pekerjaanku. Walau ga punya kantor, namun aku tetap bekerja dg disiplin waktu melebihi jam kerja org kantoran. Hanya saja, dg kesibukan di rumah sendiri, dg satu ruangan yg ku sulap jadi ruangan kerjaku, membuat waktuku lebih flesibel. Lembaran koran ditanganku hampir jatuh, disana terpampang foto Roni & seorang wanita dlm balutan pakaian penikahan. Ucapan selamat yg diberikan oleh perusahaan perempuan itu. Aku termanggu. Rasanya belum lama putusan cerai mereka. Mataku menatap perut wanita dlm foto lembar koran itu. Agak menonjol. Benar perut itu sdh berisi. Aku membaca sedikit kalimat ucapan. Melempar koran dan mencari telepon gengamku. "Nisa. Ada berita perkawinan mernka di koran" aku bagai hilang akal memberitahu Anissa. " Ya, aku juga udah liat" suara hampa di seberang sana. "yang sabar yah!"Kadang aku kecewa sendiri pd diriku karena tdk terlalu bisa berbuat banyak dlm membantu sahabatku. Gugurnya hak asuh terhadap 3 anak kepada Anissa adalah anugerah sekaligus tantangan buat dia. Anugerah karena harta paling berharga dlm hidup adalah anak2. Tantangan buat Anissa,krn dia harus mampu menjadi seorang ibu sekaligus seorang ayah bagi anak2nya. Apakah dia mampu? " Nisa, kamu baik2 saja kan?" ku tepis lamunanku. Kucoba menyimak suaranya di telp. " Ya. Aku baik2 saja. Aku juga udah cerita ke anak2 bahwa ayah mereka udah menikah lagi " aku merasa ketegaran sahabatku itu dari suaranya. " trus bgm reaksi anak2?" suara tawa Anissa nyaris mengejutkanku. "Yah, namanya anak2, mereka senang malah. Karena ayah & wanita itu kelihatan ganteng & cantik. Bahkan Cia bangga foto ayahnya terpampang besar di koran" Aku bergidik. Membayangkan tawa pilu Anissa. " Benar Nisa, namanya anak2 ya ngga ngerti lah" aku membenarkan reaksi anak2 Anissa. " ya udah. Yg penting kamu udah belajar iklas, dekatkan diri pd Allah, sholat dan minta petunjuk dariNya" " Trims ya" samar ku dengar suaranya. " oh ya, bgm dg rencana buka toko, jadi?" Ku dengar suaranya penuh semangat bercerita tentang rencana masa depan nya & anak2nya. Alhamdulilah Ronipun masih rutin mengirim biaya tuk anak2nya. Aku bisa tenang mendengar. Aku tau, Anissa wanita yg kuat & tegar. Ku doa kan kebahagiaan utknya & anak2nya. **** Waktu cepat berlalu,aku sibuk dg pekerjaanku. Kehidupanku memang hanya di isi dg kerja & kerja. Sampai saat ini, aku masih melajang. Entah mengapa, aku belum ada niat menikah, aku menjadi takut dg cerita2 fakta yg ada disekelilingku tentang prahara perkawinan,ketidak jujuran laki2 pd pasangan & perselingkuhan. Mengerikan mendengar cerita mereka. Kurasa, aku tenang dg keadaanku saat ini. Seperti lagu opie yg biasa ku dengar" i'am single i'am verry happy". Aku lebih takut mengalami hal2 yg buruk itu di banding keadaanku saat ini. Hubunganku dg Anissa lebih sering via telepon. Kesibukan ku yg lebih sering ke luar kota lebih menyita waktuku. Kalo aku ada waktu, sekali2 aku berkunjung ke tokonya. Walau tak terlalu ramai pengunjung/pembeli,tapi kelihatan Anissa baik2 saja & tetap semangat. Musim berganti, waktu cepat berlalu...hingga suatu saat, kembali keadaan buruk menghantuinya. Sejak istri Roni melahirkan anak mereka, Roni mulai jarang mengirimi anak2nya biaya. Lalu toko Anissa mulai sepi pengunjung. Anak2nya mulai masuk usia sekolah. Secara ekönomi aku lumayan bisa membantunya. Tapi apakah begini selamanya? Beberapa kali aku coba urun rembuk utk menentukan bisnis apalagi yg bisa membantunya pulih secara ekonomi. Kurasa hatinya pun belum benar2 sembuh oleh luka lalu. Kesibukan ku kian bertambah. Hubunganku dg Anissa agak longgar. Hingga suatu hari....tergopoh2 aku menraih telp gengam dalam tas tanganku. Terbaca nama Anissa disana. " ya hallo.," sapaku. Terdengar suara asing ditelingaku " maaf, ibu Arini...saya tetangga ibu Anissa, apakah ibu bisa datang kesini? Suara itu bernada panik. " oke bisa. Ada apa ya?" aku jadi ikut panik. " bu....ibu Anissa dan anak2nya..." ada nada ragu dlm suara itu. " cepat katakan, ada apa dg mereka? Hanya aku kerabat terdekatnya!" aku merasa marah campur gelisah. " bu...Anissa dan anak2 sudah dibawa ke rumah sakit. Mereka meminum racun serangga. Mereka dlm keadaan sekarat. Tadi Rudi anak saya, teman main anak Bu Anissa yg melihat mereka minum racun,lalu kejang2 dan Rudi lari menemui saya" cerita nya dg suara sengau. Aku lemas. " bgm keadaan mereka? Parah?" aku berlari ke luar rumah, meraih tas tanganku dan kunci kontak. " entahlah bu, yg jelas tadi ketahuan, anak yg paling kecil udah ngga napas lagi" aku lari menuju mobil seperti kesetanan....lupa menanyakan ke Rumah Sakit mana mereka dilarikan. ***** Tanah merah masih basah. Taburan bunga masih menebar harum. Kupeluk tubuh munggil alex, anak ke 2 Anissa. Ibu dan 2 saudaranya telah tidur tenang dialam sana. Semoga Allah memaafkan segala khilafnya...ku cium Alex. " kamu bisa memanggilku bunda ya. Sekarang kamu jadi anakku, mau?" tanyaku pd wajah mungil itu. Dia menggangguk tersenyum.," ya tan...e ...bunda " suaranya polos setelah menatap mataku. Aku tersenyum. Menarik tangan nya dan mengajaknya menjauh dari pemakaman. Mentari masih bersinar terik, namun kesejukan hatiku terasa nyata. Dlm gengamanku ada tangan mungil yg tlah menjadi tanggung jawabku. Terima kasih Allah,kau selamatkan jiwa kecil yg penuh asa utkku. Tamat.( BY DesanDen)

Menginstall Maktabah Syamilah Ver 2.00

Untuk Menginstall Maktabah Syamilah Ver 2.00 ini pastikan ada space 5 giga keatas pada hard disk anda

Pastikan juga anda telah menginstall WinRar pada system anda

Copy seluruh file .RAR pada kedua CD ini ke hard disk anda. Yaitu file:



Kemudian buka (klik) file hingga muncul gambar dibawah ini





Kemudian Blok folder





Klik toolbox



















Hingga Muncul





Pilih Drive yang anda kehendaki dengan kapasitas diatas 4 Giga byte; missal kemudian klik



Hingga muncul



Tunggu hingga selesai. Pada hard disk anda sekarang telah terdapat folder

Bukalah ( Klik ) Folder tersebut hingga muncul



Buka (double Klik)









Ikuti Perintah Selanjutnya



Insya Allah dengan mudah Maktabah Syamilah ver 2.0 sudah terinstall ke komputer anda



Untuk Menjalankannya Double Klik icon
















pada desktop






Untuk Menginstall Maktabah Syamilah Ver 2.00 ini pastikan ada space 5 giga keatas pada hard disk anda

Pastikan juga anda telah menginstall WinRar pada system anda

Copy seluruh file .RAR pada kedua CD ini ke hard disk anda. Yaitu file:



Kemudian buka (klik) file hingga muncul gambar dibawah ini





Kemudian Blok folder





Klik toolbox



















Hingga Muncul





Pilih Drive yang anda kehendaki dengan kapasitas diatas 4 Giga byte; missal kemudian klik



Hingga muncul



Tunggu hingga selesai. Pada hard disk anda sekarang telah terdapat folder

Bukalah ( Klik ) Folder tersebut hingga muncul



Buka (double Klik)









Ikuti Perintah Selanjutnya



Insya Allah dengan mudah Maktabah Syamilah ver 2.0 sudah terinstall ke komputer anda



Untuk Menjalankannya Double Klik icon

MISTERI (4 )

Suatu siang yg panas. Sepulang sekolah, aku & ke 3 adikku makan dg lahapnya. Setelah adik bungsuku tidur siang, aku membuka2 buku pelajaranku. Adik ke 2ku mengerjakan PRnya & adik ke3 ku mencoret2 di buku gambar. Dia memang hobi melukis,mungkin bakat itu diturun kan dari papa. Mama sedang menjahit pakaian2 yg kancingnya lepas ato robek. Saat itu aku ingat kejadian saat mama menjerit di tengah malam. " mama janji mau cerita tentang jeritan itu? " aku mengangkat wajah dari buku pelajaran ku. 2 adikku mendekat. " iya ma, cerita dong " adik no.2 ku memohon. Aku melirik wajah mama. Dia meletakan pakaian yg dijahitnya di keranjang pakaian. Menghela napas panjang, ada kegelisahan yg ku tangkap di mata itu. Aku mengenal mamaku, dia bukan lah jenis wanita penakut. Dia tegar,pemberani & kuat. Buktinya, kami berhasil pindah dari pedalaman Kalimantan Tengah melalui sungai dg kapal kayu besar berhari2 menyusuri sungai tanpa di temani papa yg sedang ke luar pulau. Kami pindah menuju ibu kota propinsi kalimantan Selatan. Walaupun tempat itu asing buat kami. Mama berhasil melalui hal itu, ato waktu di udik, kami tinggal di desa yg penghuni nya jarang. Jarak rumah penduduk dg rumah kami sangat jauh, bahkan harus menembus hutan gelap dg pepohonan lebat. Otomatis hanya kami berlima saja. Toh, mama tetap berani. Keberanian mama menular pdku. Aku jarang merasa takut. " loh malah melamun? " mama menjawil hidungku. " katanya mau dengar cerita?" aku mengangguk malu. Mama memulai ceritanya " sayang, kalian tau kan. Kita mahluk manusia di ciptakan tdk sendiri. Ada mahluk2 lain, yg dunianya juga berbeda dari alam kita..." Adikku langsung nyeletuk " maksud mama, hantu? Seperti yg dikatakan org2 tentang rumah kita?" adikku beringsut merapatkan tubuhnya pdku. " Engga sayang. Mahluk2 itu tdk akan menganggu kita. Kita punya dunia masing2. Mereka adalah mahluk yg bernama jin" Lalu mama bercerita mahluk2 ciptaan Allah di alam gaib. Hampir persis seperti yg diceritakan oleh guru agamaku di sekolah. Jadi aku boleh percaya pd hal2 diluar kemampuan manusia, tapi aku tdk boleh takut karena kepada Allah lah kita wajib takut. " trus mimpi mama tentang apa? " aku menatap penasaran. " mama juga ngga yakin, itu mimpi ato halusinasi. Mama udah tidur ato belum... Mama melihat satu wajah yg bukan wajah manusia biasa menatap mama dari kaca pintu itu". ( pintu kamar mama yg nembus ke ruang tamu, separuhnya terbuat dari kaca bagian atasnya sementara bawahnya dari kayu ulin yg berat). Aku bergidik. " wajahnya mengerikan tapi ngga jelas. Mama coba mengedip2kan mata lalu mengucek2 sambil bangung dari tempat tidur, wajah itu tetap ada. Menatap dg pandangan mengerikan, mama ketakutan lalu spontan menjerit. Mama baru sadar, mengucapkan nama Allah, membaca sebaris ayat yg terlintas di otak, lalu lari menuju kamar kalian" mama menarik napas. Dadanya turun naik." Wajah itu hilang setelah mama menjerit?" tanyaku. " mama nga tau, krn mama langsung lari & ngga berani melihat ke arah pintu lagi" Mama menghela napas lagi. " entah mengapa, setelah itu, mama merasa selalu ada yg mengawasi mama dlm rumah ini. Namun yakinlah, Allah akan selalu menjaga kita sayang" mama menenangkan kami. Aku baru sadar, beberapa malam setelah kejadian itu, mama tidur dgku. Kami ngumpul di ranjangku. Mama tetap mengajarkan kami agar tdk takut & menghapal doa2 yg mampu membuat kami tenang. Sejak cerita mama, kami selalu bersama2 melakukan kegiatan dlm rumah. Makan malam di percepat, hampir sore kami udah makan. Nonton TV (hitam putih,pd masa itu) jarang kami lakukan di ruang keluarga. Kami lebih banyak berkumpul di ruangan tidur anak2 yg besar. Saat papa datang, mama menceritakan hal itu, tapi papa mengatakan itu hanya perasaan mama saja. Suasana lebih cerah & ceria kalo papa ada di rumah. Dia pintar masak. Kadang dia membawa udang besar, mengoreng ato membuat sup dg udang itu. Ato juga kepiting. Jenis lauk yg jarang kami makan. Papa sangat suka pd jenis ikan2 laut. Terkadang papa juga membawa kakap merah. Memasaknya dg lezat. Suasana rumah jadi ramai. Apalagi tamu2 kadang bertamu sampai larut malam di rumah kami. Ketakutan itu berlahan2 sirna dari otak2 kekanakan kami. Hari terus berganti. Permainan anak2pun ada musimnya. Saat musim layang2. Kami melapisi benang kami dg lapisan campuran yg aku ga ngerti. Hanya adik ku yg tau, sehingga benannya menjadi tajam. Kami membentang benang di bawah rumah panggung kami. Melilitkan benang pd tiang2 rumah,melapisi, mengeringkan lalu memintalnya kembali pd bekas kaleng susu kental manis yg dilubangi bagian tengahnya. Saat papa harus kembali pergi, tamu2 juga mulai berkurang datang. Maka kesunyian mulai melingkupi kami. Jam makan malam kami yg dulu bergeser sore krn ketakutan dulu kembali ke malam hari. Kami berkumpul riuh, layaknya sebuah keluarga walaupun tanpa papa lagi. Ketakutan itu benar2 hilang. Aku bahkan sering mandi berlama2 di kamar mandi belakang karena airnya yg sejuk segar. Mungkin karena bak mandi itu dari batu & dasarnya hitam tak kelihatan apa2. Rasanya dingin. Bak itu tak pernah surut, airnya selalu penuh. Krn kalo tersisa separuh, tanganku dg gayung tak kan sampai menyentuh airnya. Aku mandi sambil bernyanyi & suaraku bergema memantul dari dinding & langit2nya yg tinggi. ¤¤¥ Disaat usiaku genap 10th. Aku diberi tanggung jawab untuk memasak nasi utk makan malam. Jadi sore aku udah siap2 memasak, proses masaknya 2x. 1x saat menunggu nasi di kuali/panci setengah matang,lalu memanaskan air dalam pancing besar & tinggi dg saringan ditengahnya. Panci itu disebut dandang, saat air dlm dandang meletup2 maka saat itulah proses ke 2xnya mematangkan nasi dg cara mengukusnya. Aku melakukan dg pelan2.memasukan beras setengah matang ke dlm dandang agar jgn tumpah ato jatuh. Walau panas, aku tetap bekerja dg teliti. Lalu merendam panci bekas menanak nasi tsb dg air,agar kerak2 yg menempel bisa dg mudah di cuci. Saat proses memasak itu, menunggu nasi matang,aku sering duduk di teras belakang dg santai. Bernyanyi2. Saat itu aku mempunyai sebuah gitar yg dibelikan oleh papa, sbg hadiah ulang tahunku. Lagu yg kumainkan adalah lagu daerah banjar berjudul " daun dadap" kunci nadanya sangatlah mudah di hapal. Sambil menghirup udara sore, aku memetik gitar dg suara senarnya tak bening. Ngejreng2 terdengar falas. Tapi aku cukup senang. Aku membayangkan, bgm papa begitu merdu memetik dawai2 gitar. Saat begitulah, aku juga asyik menatap tupai yg berlarian di pohon kelapa. Melompat sana sini dg riang nya. Kebahagian masa kecilku, selalu membuatku tersenyum. Namun keadaan itu tak abadi. Tiba2 ada lagi kejadian dlm rumah itu yg membuatku syok. Bahkan sampai membuatku sakit panas berhari2. Bayangan yg membuatku menjerit2 baik saat ku tidur atopun saatku sadar.( uh capeknya ngetik...bersambung)

MISTERI (3)

¤¤¤¤¤ Waktu berlalu, tak terasa sebulan kami menghuni rumah tua peninggalan zaman penjajah. Aku & adik2 sekolah, bermain & belajar selayaknya anak2 pd umumnya. Karena aku anak tertua,maka aku lebih byk diberi tanggung jawab membantu mama. Apalagi papa lebih sering bepergian ke luar daerah. Pekerjaan nya memang mengharuskan dia mengurus bisnisnya begitu. Tugasku yg utama adalah menjaga adik2ku. Mengawasi mereka agar jgn bermain ditempat2 berbahaya. Sungai kecil/besar krn 2org adikku belum bisa berenang(aku juga yg ngajarin sampai mereka bisa berenang), jangan terlalu jauh masuk hutan semak belukar dibelakang rumah, karena di sana ada ular ato biawak besar, ato binatang2 lainnya. Ato jangan berlarian dekat jalan raya, takut tertabrak lalu lintas yg lumayan rame. Tugas lainku adalah menyapu rumah. Tapi kalo mama capek, kadang dia meminta tolong sama tetangga utk bersih2. Walaupun tetangga itu agak takut masuk rumah. Ruangan yg luas dirumah itu hanya terpakai beberapa buah. Yg lainnya kosong, walau ga di kunci, kami ga berani masuk. Kamar tidur orgtua tembusan dg kamar tidur kami. Kami tidur dlm satu kamar, aku tidur di ranjangku sendiri,adik2ku ngumpul di ranjang bertingkat 2. Sebelah kamar kami ada ruang makan langsung tembus ke dapur yg sangat luas. Ruang tamu merangkap ruang keluarga memanjang dari arah pintu masuk utama lalu berbelok menuju ruang dapur,ke kanan dapur ada kamar mandi & WC yg sangat luas. Bak air di kamar mandi sangat besar. Aku dan adik2 jarang mengunakan karena agak takut. Kami sering mengunakan kamar mandi/WC di ruang tidur orgtua kami. Lebih dekat. Dari dapur & kamar mandi ada pintu menuju teras belakang. Disitu ada pintu menuju ruangan2 lain lagi, yg nga pernah kami buka. Ruangan2 tersebut menuju teras samping lainnya. Sebenarnya ada 2 ruangan besar lagi dari ruang utama yaitu sisi kanan sebelum menuju dapur & satunya lagi setelah ruangan keluarga sebelum menuju ruang makan. Ruangan2 tsb dibiarkan terkunci dlm keadaan gelap. Kata org2, jendela2 ruangan itu sering terbuka pd malam hari. Padahal jelas2 kami tak pernah membukanya. Tapi kami coba ga peduli dg omongan orang. ¤¤¤¤¤¤ Pada suatu malam, saat kami tengah terlelap tidur. Aku di bangunkan oleh teriakan keras hampir menyerupai jeritan panjang. Aku terbangun dan mendapatkan mama masuk ke kelambu ranjang tidurku. Napasnya memburu. Adik2ku turun dari ranjang, berlari masuk ranjangku. Dg wajah ngantuk campur bingung plus takut. Dia memeluk adik bungsu kami. Aku menatapnya, menuntut agar mama cerita, kenapa dia menjerit. Tapi mata mama menghindar dari tatap tanyaku. " Ayo anak2, kita tidur kembali yuk " kami tak ada yg bergerak. Mama menuntun 2 adikku ke ranjang mereka. " tidur aja berdua, ngga usah naik ke ranjang atas" ku dengar suara mama halus, menenangkan 2 adikku. Aku & adik bungsuku tetap di ranjangku. Tak lama mama gabung di ranjangku. Dia berkumpul dg kami. Aku masìh menatap dg penuh pertanyaan. " sudah, tidur aja lagi sayang. Mama tadi cuman mimpi. Besok mama cerita yah. Ayo bobo" mama mengusap rambutku. Matanya menatap tenang memberi rasa damai. Ku lirik adik bungsuku, yg sdh lelap dg boneka beruang kecil dlm peluknya. Ku rebahkan tubuh dan mulai memejamkan mata. ¤¥ Saat pagi datang pagi datang, kelìhatannya adik2ku lupa pd kejadian tengah malam. Mamapun di sibukkan dg persiapan anak2nya yg mau berangkat sekolah. Aku sarapan lalu buru2 berangkat menuju sekolah dg adik ke2 ku. Akupun melupakan kejadian semalam.( uuh...kehilangan ide. Ntar nyambung lagi deh...)

MISTERI (2)

¤¤¤ Masa kecil ku & adik2ku adalah masa bermain. Masa dimana kami benar2 puas berekspresi dlm kreatifitas sederhana otak anak2 kami. Memancing, berenang sampai mata merah, naik sepeda sampai pegal,ato naik pohon,masuk2 semak belukar dllnya. Utk permainan lainnya seperti main tanah,main dg alat2 yg ada tersedia disekitar ato yg dibeli oleh orgtua. Benar2 puas. Sehingga saat malam tiba, setelah usai makan malam, maka kami tidur dg sangat sangat pulas. Sebenarnya, setelah beberapa hari kami mendiami rumah itu, ada beberapa tetangga yg cerita2 tentang rumah tua kami. Cerita2 ngeri yg membuat bulu kuduk meremang. Tapi anehnya, kami tak merasakan apa2 selama mendiami rumah tsb. Memang sih, hari pertama memasuki rumah, papah sakit,disusul adik2ku.lalu mama. Tapi kupikir itu krn lelah aja. Lelah bebenah menata rumah,memperbaiki & membersihkan rumah yg memang udah tahunan nga dihuni. Hanya aku yg ga jatuh sakit. Walaupun aku juga lelah membantu,tapi hatiku senang. Tinggal dirumah tsb dg hutan belukarnya membuatku damai. Aku punya tempat menönton binatang2 kecil liar beraksi. Bahkan aku pernah ternganga berjam2 saat mengintip proses makannya si ular, saat melahap seekor katak yg 3kali besarnya dari tubuh si ular. Wow! Aku ngeri campur takjub. Kala itu kusadari, ular tak perlu mengunyah mangsanya,tapi menelannya bulat2. Kurasa, cerita2 tentang rumah tua kami yg berhantu itu hny isapan jempol. Halusinasi para tetangga yg ketakutan pd keangkeran rumah yg umurnya puluhan tahun itu. ¤¤¤¤ Cerita2 tentang keangkeran rumah itu antara lain : ada suara2 teriakan, riuh tawa, tanggisan ato gumam ga jelas. Ada suara rantai yg di seret dilantai. Ada suara bantingan pintu ato jeritan panjang kesakitan. Kadang muncul bayangan2 di halaman depan/ teras muka ato belakang rumah. Ato jendela2 yg terbuka, lalu muncul wajah2 ga jelas di jendela. Sementara bila terang siang datang,tak ada satupun jendela yg terbuka. Dan byk lagi cerita seram lainnya. Sehingga byk penduduk yg enggan melintas jalan dpn rumah bila gelap menjelang. Ato kalopun harus lewat juga, mereka akan bergegas & tdk akan pernah menoleh ke arah rumah. Setelah kami menghuni rumah tsb, maka sudut2 rumah terang benerang. Papa memasang bola lampu dg watt besar. Sehingga cahaya lampu menerangi utuh sosok rumah tsb. Tapi kata orang2, dlm cahaya terang, malah membuat rumah bertambah angker & mengerikan! Lalu papa merubah cat rumah tsb menjadi biru cerah dg bingkai2 putih. Aku merasa, bangunan itu tampak lebih indah. Namun cerita yg berkembang tetap mengerikan. Bahkan ada beberapa tetangga yg memandang kami dg aneh. Tatapan takut ato apalah? Pikiran polosku ga bisa membaca maksud org2 tsb. ( bersambung deh. Capek ngetik)

MISTERI (I)

Aku masih selalu terkenang masa kecilku. Sebagai keluarga yg pas pasan. Orangtuaku bukan keluarga yg bisa dikatakan mampu. Rumah aja ga punya. Sehingga hidup kami selalu berpindah dari satu rumah kontrakan lain ke kontrakan lain nya. Dari daerah ke wilayah lainnya. Beberapa kali juga harus pindah sekali. Puih! Capek. Harus menyesuaikan diri dg lingkungan baru,sekolah,tetangga. Ohh...! Tapi yg paling ku kenang adalah masa2 saat kami meninggali sebuah rumah besar,peninggalan zaman Belanda. Rumah tsb adalah rumah salah satu keluarga papaku. Karena kasian lihat kami pindah2 maka, keluarga jauh tsb meminta kami mendiami rumah warisan turunan dari keluarga, yg emang ada garis keturunan bangsa penjajah itu. ¤¤ Kalo salah, saat itu aku masih berumur 9 ato 10 tahun, kelas 4 Sekolah Dasar. Tiga org adikku, yg hny berjarak 1th, maka bisa dibayangkan repotnya ibuku mengurus kami.Sementara papa kami jarang dirumah. Rumah yg kami tempati sebenarnya terletak di pinggir jalan raya. Dimana lalu lintas pd masa itu lumayan rame. Tapi karena pekarangan rumah itu luas, maka jarak rumah sama jalan luwayan jauh. Rumah itu sangat besar, tinggi, karena berbentuk rumah panggung. Sehingga di bawah bangunan tersebut tempat kami bermain. Walaupun aku meloncat, tinggi tubuhku belum mampu menyentuh lantai rumah. Jarak tiang rumah kurang lebih 2meter. Yg terbuat dari kayu ulin. Tangga menuju rumahpun sangat tinggi. Setiap sore, kami duduk2 di tangan ato di teras rumah. Pintu & jendela rumah sangat besar & tinggi. Lebih tinggi lagi langit2nya. Sehingga,kalo hari hujan, kami bermain bola ato bulu tangkis di dlm rumah. Ruangan nya sangat besar & luas. Kami berlarian & berkejar2an dlm rumah. Tembus dari pintu satu ke pintu lainnya. Dibelakang rumah, tanahnya sangat luas, ada beberapa pohon duku, pohon jambu, pohon kelapa. Beberapa meter ke dalam lagi, ada sebuah sungai kecil disana. Kalo air sungai besar pasang, maka sungai kecil di belakang juga ikut pasang. Dari teras belakan rumah, kami sering mengintip binatang bunglon yg suka berganti warna saat menempel pd tempat2 dia hinggap. Ato turun mendekati sungai kecil, mengendap diam2, mengintip beberapa ekor berang2 yg bermain ato menangkap udang/ikan2 kecil. Ato bila saatnya buah jambu air yg merah muda menyala memancing selera tuk disantap. Maka kami memanjat pohon itu tanpa peduli badan bentol2 digigit semut merah yg besar2. Kami menamakan nya semut rang2. Agak masuk ke belukar rumput, disana ada beberapa nisan tua tersusun. Ada sebagian yg tak terlihat, krn tertutu semak, hutan kecil belukar. Karena takut, kami tak pernah sampai kesana. Hny sebatas pohon jambu air. ( bersambung, nyari mood dateng)

gabung facebook!!

Pengikut